JOGJAKARTA, 09 November 2010 --- 23:05 WIB
Tidak sedikit kedukaan yang dialami bagi warga DIY dan Jateng. Sejak letusan pertama Merapi tgl. 26 Oktober lalu hingga saat ini tidak sedikit warga yang masih merasa cemas akan nasibnya. Hari ini pun di Jogjakarta terjadi Gempa berkekuatan 5,6 SR yang cukup menggemparkan warga.
Hadirnya situs Jaringan Informasi Lingkar Merapi (http://merapi.combine.or.id) sebagai salah satu media online yang sangat dibutuhkan bagi para relawan, petugas-petugas yang berkepentingan dalam situasi 'tanggap darurat' atau bagi siapapun yang membutuhkan informasi seputar Merapi secara cepat dan memadai, masih harus terganggu oleh adanya "flooding" ke server situs tersebut. Sungguh merupakan tindakan yang tidak dapat ditoleransi lagi bagi para pelakunya.
Warga DIY dan Jateng tidak membutuhkan isu-isu yang meresahkan, tayangan-tayangan yang menakut-nakuti atau bahkan 'radio jamming' hingga 'server flooding' --- melainkan adanya solusi atas situasi tanggap darurat yang kini tengah merambah ke arah bencana sosial, yakni meluapnya jumlah pengungsi hingga ratusan ribu jiwa. Mau kemana lagi ribuan jiwa pengungsi ini akan menggantungkan nasibnya selain dari uluran-uluran tangan relawan dan dermawan? Sukurlah pemerintah juga tidak tinggal diam. Baik lokal, regional hingga pusat memang sudah sepatutnya bahu-membahu mencari solusi bagi ribuan jiwa pengungsi dan berpikir bagaimana cara merekonstruksi Jogja & Jateng tercinta ini. Jangan sampai ada daerah-daerah yang bisa disebut sebagai "Silent Hill" lagi.
Semua ini pasti akan berlalu --- dengan ketabahan kita, dengan kerjasama kita dan setidak-tidaknya dengan sujud kita kepada Sang Khalik --- untuk membersihkan batin, berbenah bersama menuju terciptanya Ibu Pertiwi yang lebih baik di masa-masa mendatang dan kembali mampu menjadi "Mercu Suar" dunia.
Amien.